Sketsa Tokoh-Tokoh IPNU
Selasa, 15 Mei 07 - by : Rizki Riyadu Topeq
Dalam edisi khusus Harlah IPNU yang ke 54 ini, redaksi bermaksud menyajikan beberapa figure dari para pelaku sejarah yang telah berjuang bagi IPNU dalam kurun 54 tahun perjalanannya. Mungkin tidak terhitung banyaknya jumlah tokoh yang telah berperan dalam memberikan kontribusinya bagi IPNU. Namun, dalam edisi khusus ini hal tersebut tidak mungkin semuanya akan kami sajikan. Tapi, setidaknya agar bisa menjadi pesan tersendiri untuk bahwa sosok yang akan kami sajikan pada edisi ini merupakan figure-figure yang mungkin bisa menjadi wakil bagi sosok-sosok lainnya dalam setiap masa-masa kepengurusan.
M. Sufyan Cholil “Sang Pelopor”
Sosok M. Sufyan Cholil beserta kedua rekannya yakni H. Mustahal dan Abdul Ghoni Farida, merupakan sosok-sosok yang mempunyai peran sangat besar bagi proses kelahiran IPNU. Dari merekalah munculnya gagasan untuk menyatukan komunitas-komunitas pelajar NU yang pada saat itu masih terpisah-pisah dan menyebar di berbagai daerah di Indonesia.
Kegelisahan sosok-sosok tersebut, terkait dengan belum adanya satupun organisasi formal pelajar NU yang mampu menyatukan komunitas-komunitas pelajar NU di berbagai daerah. Merekalah yang memulai memberikan gagasan tentang perlunya sebuah organisasi bagi pelajar NU.
Dengan dimotori oleh M. Sufyan Cholil, ketiga Rekan tersebut kemudian membentuk semacam wadah untuk mempersatukan komunitas-komunitas pelajar NU, yang kemudian mereka ajukan gagasan tersebut kepada PP Maarif NU. Atas usulan ketiga Rekan tersebut PP Maarif kemudian menindaklanjutinya. Hal tersebut terbukti pada saat dilaksanakannya Konferensi Besar Maarif NU di Semarang. Permbahasan perlunya wadah baru bagi pelajar NU dalam Konbes di Semarang ini mendapat respon yang positif dari para peserta Konferensi Besar Maarif, yang kemudian pasca pembahasan tersebut secara aklamasi Konferensi Besar Maarif NU mengesahkan berdirinya wadah baru bagi pelajar NU di seluruh Indonesia dengan nama IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama).
Ismail Makky “Motor Organisasi”
Sosok Ismail Makky mungkin merupakan sosok yang bisa disebut sebagai motor penggerak utama bagi IPNU pada masa-masa awal berdirinya. Walaupun pada masa awal IPNU berdiri secara struktur Ismail Makky tidak menempati posisi yang strategis (Ketua Umum/BPH), namun dalam wilayah peran dan kontribusinya bagi perkembangan keorganisasian IPNU Ismail Makky mampu menunjukkan bahwa Beliau adalah sosok organisatoris yang ulung dan itu berlanjut pada saat beliau menjadi Ketua Umum hasil Muktamar IV IPNU di Yogyakarta.
Banyak hal-hal baru dalam keorganisasian IPNU yang muncul dari benak Beliau. Salah satunya yang mungkin terpenting adalah Beliaulah yang pertamakali memulai agenda Pekan Olahraga Nasional Pelajar (POR) yang diadakan oleh PP IPNU di Cirebon. POR merupakan ajang unjuk prestasi olahraga bagi para pelajar NU dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Di masa berikutnya POR diganti dengan Porseni dan selalu diadakan bersamaan dalam setiap Kongres IPNU.
Selain POR Ismail Makky juga yang mengawali lahirnya Departemen Perguruan Tinggi di tubuh IPNU. Bagi Ismail Makky adanya Departemen Perguruan Tinggi dalam tubuh IPNU merupakan suatu keharusan. Karena baginya apabila hal tersebut tidak dilakukan, maka dikhawatirkan potensi mahasiswa-mahasiswa NU yang selama ini belum terwadahi akan menyebar kemana-mana. Dari sinilah kemudian yang kelak akan menjadi embrio bagi lahirnya PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) sebagai wadah bagi mahasiswa-mahasiswa NU.
Asnawi Latief “Kader Pejuang dan Pejuang Kader”
Asnawi Latief merupakan sosok Ketua IPNU yang mampu menganalisa zaman dengan cepat dan kemudian menungganginya. Pada masa kepemimpinan Asnawi Latief, kondisi perpolitikan Indonesia sedang berada pada posisi kritis, gerakan anti PKI yang meledak pasca Gestapu menjadi santapan media sehari-hari dan mengguncang dunia perpolitikan Indonesia. Hal inilah yang kemudian oleh Asnawi Latief dijadikan sebagai peluang untuk bisa semakin membesarkan dan mengeksiskan IPNU di kancah nasional.
Keterlibatan IPNU dalam organisasi KAPPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) yang turut menentang keberadaan PKI, menunjukkan bahwa Asnawi mampu menampilkan IPNU sebagai organisasi pelajar tingkat nasional yang selalu gandrung terhadap perubahan dan pembangunan. Di samping itu, pada masa Asnawi, IPNU untuk pertamakalinya membentuk CBP (Corp Brigade Pembangunan) sebagai antisipasi dari gerakan-gerakan politik PKI dan tentara, CBP kemudian menjadi trade mark bagi kepanduan IPNU.
Selain itu Asnawi bersama dengan rekan-rekan pengurus lainnya, berupaya untuk melahirkan suatu konsep baku tentang pengkaderan dalam tubuh IPNU. Hal tersebut kemudian melahirkan suatu buku panduan pengkaderan untuk pertamakalinya bagi IPNU dalam skala nasional.
Hilmy Muhammadiyah “Sang Pengayom”
Sosok Hilmy Muhammadiyah mungkin bisa disebut sebagai sosok pemimpin yang mampu mengakomodir semua aspirasi dan merawat jaringan. Melalui tangan dinginnya Hilmy mampu membawa IPNU melalui berbagai tahap perubahan secara sistematis. Dari mulai membangun sebuah tradisi baru dalam kepengurusannya, hingga melakukan perluasan jaringan di tingkatan eksternal IPNU.
Dengan menggunakan metode pengayoman dan perawatan kader Hilmy mampu membentuk sebuah kepengurusan yang solid. Dari sini kemudian Hilmy mampu memulai melakukan perubahan dalam tubuh IPNU secara sistematis. Salah satu hal terpenting dalam masa kepengurusan Hilmy adalah dengan adanya perombakan system dalam tubuh CBP. Sebelum masa kepengurusan Hilmy CBP telah lama mengalami kevacuuman dan disorientasi. Pada masa Hilmy inilah dilakukan upaya perombakan CBP dari mulai system pengkaderan hingga orientasi dari CBP itu sendiri.
Asrorun Niam Sholeh “Sang Pustaka IPNU”
Asrorun Niam Sholeh merupakan salah satu sosok yang sangat peduli dalam dunia pendokumentasian arsip IPNU. Melalui tangannya banyak sekali arsip-arsip lama IPNU yang berhasil diselamatkan. Pemberian kepercayaan pada masa kepengurusan Hilmy Muhammadiyah kepadanya, agar menangani berbagai program terutama yang berkaitan dengan dunia dokumentasi dan tulis menulis, membuat Niam semakin bersemangat untuk terus mengekspresikan potensinya dalam dunia tersebut.
Salah satu tinggalan Niam yang hingga sekarang masih tetap eksis adalah Majalah Lensa Remaja yang diterbitkan oleh PP IPNU. Selain itu banyak sekali karya-karya Niam tentang IPNU yang diterbitkan, salah satunya adalah buku sejarah IPNU yang berjudul Kaum Muda NU dalam Lintas Sejarah, yang ditulis bareng dengan Sulthan Fatoni.
Selasa, 15 Mei 07 - by : Rizki Riyadu Topeq
Dalam edisi khusus Harlah IPNU yang ke 54 ini, redaksi bermaksud menyajikan beberapa figure dari para pelaku sejarah yang telah berjuang bagi IPNU dalam kurun 54 tahun perjalanannya. Mungkin tidak terhitung banyaknya jumlah tokoh yang telah berperan dalam memberikan kontribusinya bagi IPNU. Namun, dalam edisi khusus ini hal tersebut tidak mungkin semuanya akan kami sajikan. Tapi, setidaknya agar bisa menjadi pesan tersendiri untuk bahwa sosok yang akan kami sajikan pada edisi ini merupakan figure-figure yang mungkin bisa menjadi wakil bagi sosok-sosok lainnya dalam setiap masa-masa kepengurusan.
M. Sufyan Cholil “Sang Pelopor”
Sosok M. Sufyan Cholil beserta kedua rekannya yakni H. Mustahal dan Abdul Ghoni Farida, merupakan sosok-sosok yang mempunyai peran sangat besar bagi proses kelahiran IPNU. Dari merekalah munculnya gagasan untuk menyatukan komunitas-komunitas pelajar NU yang pada saat itu masih terpisah-pisah dan menyebar di berbagai daerah di Indonesia.
Kegelisahan sosok-sosok tersebut, terkait dengan belum adanya satupun organisasi formal pelajar NU yang mampu menyatukan komunitas-komunitas pelajar NU di berbagai daerah. Merekalah yang memulai memberikan gagasan tentang perlunya sebuah organisasi bagi pelajar NU.
Dengan dimotori oleh M. Sufyan Cholil, ketiga Rekan tersebut kemudian membentuk semacam wadah untuk mempersatukan komunitas-komunitas pelajar NU, yang kemudian mereka ajukan gagasan tersebut kepada PP Maarif NU. Atas usulan ketiga Rekan tersebut PP Maarif kemudian menindaklanjutinya. Hal tersebut terbukti pada saat dilaksanakannya Konferensi Besar Maarif NU di Semarang. Permbahasan perlunya wadah baru bagi pelajar NU dalam Konbes di Semarang ini mendapat respon yang positif dari para peserta Konferensi Besar Maarif, yang kemudian pasca pembahasan tersebut secara aklamasi Konferensi Besar Maarif NU mengesahkan berdirinya wadah baru bagi pelajar NU di seluruh Indonesia dengan nama IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama).
Ismail Makky “Motor Organisasi”
Sosok Ismail Makky mungkin merupakan sosok yang bisa disebut sebagai motor penggerak utama bagi IPNU pada masa-masa awal berdirinya. Walaupun pada masa awal IPNU berdiri secara struktur Ismail Makky tidak menempati posisi yang strategis (Ketua Umum/BPH), namun dalam wilayah peran dan kontribusinya bagi perkembangan keorganisasian IPNU Ismail Makky mampu menunjukkan bahwa Beliau adalah sosok organisatoris yang ulung dan itu berlanjut pada saat beliau menjadi Ketua Umum hasil Muktamar IV IPNU di Yogyakarta.
Banyak hal-hal baru dalam keorganisasian IPNU yang muncul dari benak Beliau. Salah satunya yang mungkin terpenting adalah Beliaulah yang pertamakali memulai agenda Pekan Olahraga Nasional Pelajar (POR) yang diadakan oleh PP IPNU di Cirebon. POR merupakan ajang unjuk prestasi olahraga bagi para pelajar NU dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Di masa berikutnya POR diganti dengan Porseni dan selalu diadakan bersamaan dalam setiap Kongres IPNU.
Selain POR Ismail Makky juga yang mengawali lahirnya Departemen Perguruan Tinggi di tubuh IPNU. Bagi Ismail Makky adanya Departemen Perguruan Tinggi dalam tubuh IPNU merupakan suatu keharusan. Karena baginya apabila hal tersebut tidak dilakukan, maka dikhawatirkan potensi mahasiswa-mahasiswa NU yang selama ini belum terwadahi akan menyebar kemana-mana. Dari sinilah kemudian yang kelak akan menjadi embrio bagi lahirnya PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) sebagai wadah bagi mahasiswa-mahasiswa NU.
Asnawi Latief “Kader Pejuang dan Pejuang Kader”
Asnawi Latief merupakan sosok Ketua IPNU yang mampu menganalisa zaman dengan cepat dan kemudian menungganginya. Pada masa kepemimpinan Asnawi Latief, kondisi perpolitikan Indonesia sedang berada pada posisi kritis, gerakan anti PKI yang meledak pasca Gestapu menjadi santapan media sehari-hari dan mengguncang dunia perpolitikan Indonesia. Hal inilah yang kemudian oleh Asnawi Latief dijadikan sebagai peluang untuk bisa semakin membesarkan dan mengeksiskan IPNU di kancah nasional.
Keterlibatan IPNU dalam organisasi KAPPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) yang turut menentang keberadaan PKI, menunjukkan bahwa Asnawi mampu menampilkan IPNU sebagai organisasi pelajar tingkat nasional yang selalu gandrung terhadap perubahan dan pembangunan. Di samping itu, pada masa Asnawi, IPNU untuk pertamakalinya membentuk CBP (Corp Brigade Pembangunan) sebagai antisipasi dari gerakan-gerakan politik PKI dan tentara, CBP kemudian menjadi trade mark bagi kepanduan IPNU.
Selain itu Asnawi bersama dengan rekan-rekan pengurus lainnya, berupaya untuk melahirkan suatu konsep baku tentang pengkaderan dalam tubuh IPNU. Hal tersebut kemudian melahirkan suatu buku panduan pengkaderan untuk pertamakalinya bagi IPNU dalam skala nasional.
Hilmy Muhammadiyah “Sang Pengayom”
Sosok Hilmy Muhammadiyah mungkin bisa disebut sebagai sosok pemimpin yang mampu mengakomodir semua aspirasi dan merawat jaringan. Melalui tangan dinginnya Hilmy mampu membawa IPNU melalui berbagai tahap perubahan secara sistematis. Dari mulai membangun sebuah tradisi baru dalam kepengurusannya, hingga melakukan perluasan jaringan di tingkatan eksternal IPNU.
Dengan menggunakan metode pengayoman dan perawatan kader Hilmy mampu membentuk sebuah kepengurusan yang solid. Dari sini kemudian Hilmy mampu memulai melakukan perubahan dalam tubuh IPNU secara sistematis. Salah satu hal terpenting dalam masa kepengurusan Hilmy adalah dengan adanya perombakan system dalam tubuh CBP. Sebelum masa kepengurusan Hilmy CBP telah lama mengalami kevacuuman dan disorientasi. Pada masa Hilmy inilah dilakukan upaya perombakan CBP dari mulai system pengkaderan hingga orientasi dari CBP itu sendiri.
Asrorun Niam Sholeh “Sang Pustaka IPNU”
Asrorun Niam Sholeh merupakan salah satu sosok yang sangat peduli dalam dunia pendokumentasian arsip IPNU. Melalui tangannya banyak sekali arsip-arsip lama IPNU yang berhasil diselamatkan. Pemberian kepercayaan pada masa kepengurusan Hilmy Muhammadiyah kepadanya, agar menangani berbagai program terutama yang berkaitan dengan dunia dokumentasi dan tulis menulis, membuat Niam semakin bersemangat untuk terus mengekspresikan potensinya dalam dunia tersebut.
Salah satu tinggalan Niam yang hingga sekarang masih tetap eksis adalah Majalah Lensa Remaja yang diterbitkan oleh PP IPNU. Selain itu banyak sekali karya-karya Niam tentang IPNU yang diterbitkan, salah satunya adalah buku sejarah IPNU yang berjudul Kaum Muda NU dalam Lintas Sejarah, yang ditulis bareng dengan Sulthan Fatoni.
2 komentar:
SELAMAT DAN SUKSES buat rekan - rekanita kami di kota SURABAYA MENUNGGUH KABAR KEGIATAN DARI TAPAL KUDA............
KAMI DI PAC RUNGKUT INGIN MENJALIN TALIH SILAHTURROHMI.........??????????
salam pelajar..... salam kenal... salam perjuangan
haris dari kota tasikmalaya
Posting Komentar